Begini Rasanya, Melihat dan Mendengar Kematian di UGD



Akhir-akhir ini saya banyak melihat proses kematian berbagai macam orang, mulai dari public figur hingga masyarakat biasa.

Jadi teringat saat kami menjaga Almarhum Bapak di ruang UGD sebuah rumah sakit Bukittinggi sekitar dua tahun yang lalu.

Bunyi sirine mendekat malam itu kembali mengejutkan Kakak-kakak saya yang menjaga bapak saya di ruang UGD. Beberapa orang perawat dan dokter berlarian mengambil dan mendorong tempat tidur rumah sakit menuju ambulans di parkiran. Seorang laki-laki 40 an terlihat tengah pingsan langsung dibawa ke ruang UGD. Berbagai selang pun dipasang di badannya, mulai dari infus, oksigen dan selang lainnya, entah apa itu kami tidak tahu.

Petugas pun menutup tirai tempat orang tersebut dibaringkan. Tidak lama setelah itu terdengar suara erangan sangat keras dari ruangan tersebut. Entah apa yang terjadi, cukup lama terdengar suara tersebut. 10 menit waktu berlalu, suasana kembali hening di ruangan UGD tersebut.

Tepat beberapa jam setelah si pasien masuk, seorang ibu muda kembali memanggil dokter dan perawat ke ruangan tersebut. Lagi-lagi terdengar suara erangan di sana. Tidak lama setelah itu, yang terdengar suara tangisan. Innallillahirojiun. Si bapak muda dinyatakan meninggal dunia.

Itu sudah ke sekian kalinya kami mendengar dan melihat proses orang sakaratul maut. Mulai erangan, hentakan dan banyak lagi lainnya.

Ada satu proses keajaiban yang membuat kami terkagum. Seorang pemuda dibawa ke rumah sakit tersebut dalam keadaan koma. Ia dinyatakan mengalami gegar otak.

Selama satu hari satu malam, si pemuda tidak sadarkan diri. Selama itu pula sang ibu setia menemani anaknya. Tahu apa yang dilakukannya selama menunggu anaknya siuman?.

Ya, dia berzikir,membaca Al Quran dan shalat tiada henti di samping anaknya. Hingga tiba lah saat si anak siuman. Masyallah...kata-katan yang keluar dari mulut si anak saat bangun adalah Allah, Allah, Allah...itu terus yang dibaca hingga benar-benar pulih dan berbicara dengan ibunya.

Setelah ditanya, si pemuda merupakan siswa dari sebuah pondok pesantren yang ada di Bukittinggi. Di keluarganya memang diterapkan selalu membaca Al Quran setiap kali setelah selesai Shalat.

Ya Allah...di sana kami langsung teringat bahwa kematian tidak menunggu kita taubat, usia, jabatan dan lainnya.

Sebagaimana yang diwahyukan Allah pada Surat An-Nisa’ Ayat 78
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh“.

Astagfirullahalazim...ya Allah semoga kami semua engkau jemput dalam keadaan husnul khotimah. Maaf kalau ada salah. Kisah ini saya buat untuk menyadarkan saya juga. Karena saya juga banyak dosa. (*)




Selamat Jalan Anisa. Perjuanganmu Melawan Leukemia Hingga Ditusuk Jarum 138 Kali, Berakhir




Selamat Jalan Anisa. Perjuanganmu melawan Leukemia Dikenang Orang. Walau Ditusuk jarum 138 Kali. Engkau tetap sabar. Namun Allah sangat menyanyangimu.  Kau sudah dekat dengan Nya

Perjuangan Anisa binti Basir berakhir pada Minggu (22/10/2017) . Remaja berusia 13 tahun tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Arifin Ahmad, setelah dirawat inap sejak tanggal 25 September 2017 lalu.

Agar bisa sembuh, baik Anisa maupun keluarganya terus berjuang demi kesembuhan dirinya, mulai dari mencari darah pengganti hingga menahan sakitnya kemoterapi dan suntikan jarum transfusi darah sebanyak 138 kali.

Berikut adalah perjalanan kisah Anisa.

Tahun 2015.
Anisa didiagnosa menderita penyakit leukemia akut dan harus melakukan transfusi darah sebanyak 99 kali selama tiga tahun. Anisa merelakan tubuhnya ditusuk jarum untuk transfusi darah selama beberapa kali dalam satu bulan.

Remaja ini tetap tegar, tidak hanya menahan sakitnya jarum suntik dan infus, ia juga harus menahan sakit leukemia yang bercokol di dalam tubuhnya. Bukan Anisa namanya, jika ia tak memiliki mental kuat dan memiliki semangat untuk sembuh seperti sedia kala.

"Jika tak bersemangat, saya bisa down dan sakit saya malah semakin parah. Saya optimis bisa sembuh dan bisa meneruskan masa depan saya,"ungkapnya.

25 September 2017
Baik Anisa maupun keluarganya beranggapan, bahwa dirinya sudah hampir pulih, karena sudah transfusi darah sebanyak 99 kali. Ia hanya tinggal melakukan cek berkala ke rumah sakit.

Namun, takdir berkata lain, pada tanggal 25 September, kondisi Anisa kembali memburuk dan harus dirawat di rumah sakit.

"Kondisinya kembali drop. Saat kami kunjungi, ia hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur,"ujar Ketua LPKR, M Arief Indrawan.

19 Oktober 2017
Kondisi kesehatan Anisa semakin menurun. Ia membutuhkan 10 kantong darah. Pihak LPKR pun mencari pendonor lewat media sosial, baik itu facebook, whatshapp maupun lainnya.

"Tidak cukup satu hari, 10 kantong darah berhasil terkumpul. Basyir pun senang melihat banyaknya orang yan peduli dengan anaknya.

Tidak hanya berupa darah, banyak warga dan pihak rumah sakit yang memberikan bantuan untuk Anisa,"ucap Arief.

20 Oktober 2017
Anisa kembali memerlukan transfusi sebanyak 11 kantong sel darah putih dan 2 kantong darah merah. "Untuk menaikan kadar leukosit perlu disuntik Lekoken. Anisa terlihat meneteskan air mata menahan rasa sakitnya. Bila malam hari demamnya naik tinggi hingga mengigau. Kata-kata yang keluarkan mulai dari mengeluh sakit hingga menangis, sungguh membuat hati kami teiris. Bila kita ada dihadapan Anisa tentu akan terharu mendengar cerita perjuangannya. tabah dan kuatnya Anisa menghadapi Leukemia sungguh luar biasa,"ungkap Arief.

21 Oktober 2017

Dokter Elmi Ridar, Sp.A Visite yang merawat Anisa bisa berbincang dengan remaja kelahiran Pekanbaru 5 Juni 2004 tersebut, keluarga dan tim Relawan LPKR.

"Alhamdulillah dapat kesempatan berbincang cukup lama mengenai medisnya Anisa bersama dokter Elmi. Malamnya bersama sahabat saya, ustad H. Saifullah Al Jombangi. Ia menyempurnakan ikhtiar membantu pengobatan Anisa dengan doa,"tutur Arief.

22 Oktober 2017
Sepuluh kantong darah disiapkan tim LPKR dan PMI untuk pengobatan dan kesembuhan Anisa. Namun takdir berkata lain, pukul 13.30 WIB, Anisa tidak bisa bertahan lagi, ia pun meninggal di RSUD Arifin Ahmad.

Baik keluarga, warga setempat, relawan LPKR, tim rumah sakit ikut menyelenggarakan pemakaman Anisa, mulai dari menyolatkan hingga menyaksikan proses penguburan.

"Jumlah warga yang ikut selenggarakan pemakaman Anisa sangat banyak. Sampai-sampai saat shalat, baik di rumah panggung bapaknya hingga ke bawah penuh. Alhamdulillah, hal ini membuktikan bahwa Anisa anak yang baik dan disukai banyak orang,"imbuh Arief.

Ia menyatakan, semenjak sakit hingga meninggal dunia, total darah yang ditrasfusikan ke dalam tubuh Anisa sebanyak 138 kali.

"99 kali pada awal dia sakit dan 39 kali sejak dirawat di RSUD Arifin Ahmad pada tanggal 25 September 2017. Saat ini tersisa 10 kantong darah yang belum ditransfusikan pada tubuh mungil tersebut. Sementara total kemoterapinya sebanyak 9 kali,"tutupnya.

Diakui Arief, saat ini jumlah penderita kanker semakin meningkat. Dan yang terbanyak berasal dari penyakit leukemia. Pasiennya rata-rata dari anak-anak.

"Betul, penderita kanker ini meningkat cukup signifikan. Paling banyak kami lihat adalah Leukemia. Di ruang merak RSUD Arifin Ahmad saja, ada 32 pasien Leukemia, hampir semuanya berumur 13 tahun ke bawah dan banyak berasal dari luar Kota Pekanbaru,"aku pria yang menjadi relawan sejak beberapa tahun yang lalu ini.

Menurutnya, penyebab penyakit mematikan ini multifaktor, kelainan darah, bawaan sejak lahir, makanan, paparan polusi dan lainnya. Jika sudah terjangkiti, tidak bisa disembuhkan.

"Pasien kanker bisa survive, yakni tindakan mengurangi dan mencegah sel kanker menyebar di dalam tubuh, dengan cara minum obat secara rutin. Mereka bisa kembali melakukan aktivitas, walau tidak sekuat sebelumnya,"pungkasnya.(*)

Inilah Doa Opick Jadi Cleaning Service, Sehingga Berhasil Saat ini

Minggu (7/1/2018) kemarin, Opick mengunjungi Pekanbaru. Sebelum Konser Akbar, ia menyempatkan diri singgah di Warung Bebek H Slamet yang berada di Jalan Nangka, Pekanbaru. Di Tempat makan itu, pelantun lagu islami ini menyanyikan beberapa buah lagu pilihannya. Salah satunya adalah ya Maulana.

Di sela lagu yang ia bawakan, Opick bercerita sebagian kisah hidupnya di hadapan anak yatim yang diundang oleh pengelola H Bebek Slamet.  Ia mengaku dulunya bukanlah dari keluarga berada, namun  hanya sederhana. Walau demikian, ia tetap bersyukur, karena dikaruniai kedua orangtua yang menyayanginya.

Selepas tamat SMA, Pria yang berciri khas sorban putih mengadu  nasib ke Jakarta. Ia pun diterima di sebuah studio rekaman, dengan berprofesi sebagai Cleaning Service. Semua pekerjaan ia lakukan, mulai dari pel lantai, bersihkan meja dan lainnya.

"Selama saya bekerja di sana, saya terus berdoa "Ya Allah saya ingin punya dapur rekaman yang lebih bagus dibandingkan tempat saya bekerja saat ini. Doa itu saya panjatkan  ketika ngepel lantai, bersih-bersih dan lainnya. Alhamdulillah Allah mengabulkan doa itu, sekarang saya sudah punya lima dapur rekaman sendiri,"ujarnya.

Dilanjutkannya, setelah di dapur rekaman, Opick bekerja di sebuah produksi film. Ia berprofesi jadi pesuruh para kru, mulai dari menyiapkan kopi, membeli makanan, keperluan perfilman dan lainnya.

"Saat itu pun, saya  kembali berdoa, Ya Allah saya ingin membuat produksi film sendiri yang jauh lebih baik daripada ini. Alhamdulillah, sekarang sudah produksi film sendiri. Intinya, tidak ada yang tidak mungkin oleh Allah SWT. Dia maha kaya. Minta tolonglah padaNya, apapun itu, ia akan mengabulkan permintaan. Mungkin tidak sekarang, namun bisa jadi setahun, dua tahun atau tahun-tahun berikutnya,"ungkapnya.

Opick juga berpesan pada anak-anak yatim dan dhuafa, agar tidak berkecil hati, ketika hidup sendiri atau tidak punya ayah dan ibu. Menurutnya, Anak Yatim Piatu termasuk orang-orang yang disayangi Rasulullah.

"Rasulullah merupakan anak yatim piatu. Ia adalah seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Maka dari itu, anak-anak Yatim Piatu ini termasuk calon-calon pemimpin di masa depan. Orang yang menyantuni dan membantu mereka, akan dekat juga dengan Rasulullah,"ungkapnya sambil tersenyum.(*)



Hindari Gengsi Jika Ingin Dapat Penghasilan

Teriknya matahari siang itu tak membuat gentar Usmawati mendayung sampan miliknya di perairan Sungai Siak, tepatnya di dekat Pelabuhan Sungai Duku, Pekanbaru. Melalui kedua tangannya yang sudah mulai menghitam akibat terpapar sinar matahari, wanita paruh baya tersebut berhasil mengantarkan orang bolak-balik dari kampung Teluk Leok ke Pelabuhan Sungai, menggunakan sampan kecilnya.

Wanita yang akrab disapa Mak Uwo itu mengaku setiap hari melakukan aktivitas pengantaran jasa antar jemput warga menggunakan sampan. Dimulai pada pagi hari setiap pukul setengah delapan hingga siang hari, sekitar jam dua. Dilanjutkan pukul tiga hingga lima sore.

"Biasanya paling banyak penumpang itu pada pagi hari, siang jam satuan dan sore hari. Pada waktu-waktu tersebut merupakan masa pergi dan pulang kerja, serta sekolah,"ungkapnya.

Mak Uwo mengaku saat ini jumlah penumpang ojek sampannya jauh berkurang dibandingkan pada tahun 2000 an. Dalam sehari dari angkutan penumpang, ia hanya mendapat penghasilan paling banyak Rp20 ribu. Namun bukan Mak Uwo namanya, jika ia hanya menyerah pada pekerjaan itu saja. Sembari menunggu penumpang, wanita berjilbab tersebut juga melakukan aktivitas jasa membantu para petugas pelabuhan Sungai Duku dan Karyawan PT Pelni yang berkantor di pinggir Sungai Siak.

"Saya tidak hanya mengandalkan penghasilan dari ojek sampan saja. Tapi juga nyambi antar jemput pesanan orang. Paling sering itu dari karyawan PT Pelni, mereka minta saya antar barang ke kapal mereka dan juga suruh saya beli kebutuhan pokok di Pasar Kodim. Alhamdulillah, penghasilannya lumayan banyak, sekali antar, saya dibayar Rp10 hingga Rp20 ribu,"ucapnya.

Ibu dari empat orang anak ini mengaku sudah berprofesi sebagai ojek sampan sejak 17 tahun yang lalu. Saat itu, baik dirinya maupun sang suami tidak memiliki pekerjaan dan hanya mengandalkan memulung sampah plastik di sepanjang Sungai Siak. Suatu waktu, tetangganya menawarkan perahu pada keluarganya, karena ingin balik kampung ke Sumatera Barat.

"Kami pun menerima dengan senang hati tawaran tersebut dan langsung saya coba membawanya. Pertama kali memang susah, lama-lama jadi terbiasa. Dulu saingan ojek sampan perempuan seperti saya ini lumayan banyak, ada sekitar delapan perahu. Namun, sekarang hanya tinggal saya,"tuturnya.

Wanita asli dari Teluk Leok, Rumbai itu mengaku memilih ojek sampan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Ia mengaku lebih senang berpanas-panasan di atas perahu, dibandingkan berdiam diri di rumah.

"Kalau saya cuma berdiam diri di rumah, malah penyakit yang muncul pada tubuh saya. Beda dengan membawa perahu ini, saya bisa olahraga hingga sosialisasi dengan orang lain. Saya tidak malu menjalaninya, karena ini adalah pekerjaan yang halal, tidak mencuri dan tak menyusahkan orang lain. Jika gengsi dihilangkan, Insyaallah rezeki itu akan datang dengan sendirinya,"akunya.(*)

Kami tak Takut Saingan


Salut dengan tukang ojek yang satu ini.

Ia tidak takut bersaing dengan Go Jek yang bakalan masuk ke Pekanbaru. Ia tahu bahwa tuhan sudah menentukan rezeki masing-masing.

Namanya Anton, tukang ojek di persimpangan Jalan Puyuh ini tahu bahwa go jek bakal ke Pekanbaru. Namun mengaku tidak paham dengan cara menjadi pekerja Go-Jek. Ia pun tidak kawatir rezekinya berkurang jika Go Jek sudah masuk ke Pekanbaru.

"Saya kurang paham bagaimana cara masuk bergabung dengan Go-jek itu. Lebih baik jadi tukang ojek biasa saja. Rezeki itu sudah tuhan yang ngatur. Lagian kami sudah punya langganan tetap, kemanapun mereka pergi, ongkosnya tergantung mereka, tentunya disesuaikan dengan jarak tempuh. Go-Jek itu sistemnya juga jarak jauh, jadi menurut saya kurang efektif,"ucapnya. (*)


Kesabaran dan Keajaiban Doa

Kemarin saya dapat kisah menarik dari kakak ipar tentang perjuangan tetangganya mulai dari nol hingga jadi salah seorang yang sukses di Pekanbaru.
Sebutlah namanya Ani dan suaminya Tito. Kedua pasangan ini berasal dari sebuah pedesaan di Sumatera Utara. Walaupun sang suami bergelar sarjana hukum, namun karena hidup di kampung, Ani dan Tito hanya berkebun untuk penghidupan sehari-harinya. Ingin merubah hidup, Ani dan Tito merantau ke Kota Pekanbaru yang katanya jadi kota bisnis pada saat zaman moneter sekitar tahun 1998 lalu.
Berbekal ijazah sarjana hukumnya, Tito mencoba melamar dari satu perusahaan ke perusahaan lain, namun tidak satupun perusahaan yang berminat. Jangankan melakukan tes, semua perusahaan tidak ada yang menghubunginya setelah memasukkan lamaran.
Hidup keluarganya semakin susah, keuangan sudah menipis. Namun Ani dan Tito yakin ada pencerahan, dengan syarat mereka terus berdoa siang dan malam, mulai dari shalat tahajud hingga shalat dhuha, serta shalat wajib dan sunat lainnya.
Akhirnya setelah beberapa bulan menghuni Kota Pekanbaru, Tito diterima jadi tim kebersihan Kota Pekanbaru. Ya, ia tak malu walaupun sudah bergelar sarjana, menjadi kuli penyapu jalanan.
"Kami pasrah dan ikhlas dengan pekerjaan itu, yang penting halal dan berkah untuk keluarga. Daripada sebelumnya nganggur, biaya hidup kami jadi susah. Pernah suatu kali hanya makan nasi satu hari, terkadang juga puasa,"ungkap Ani.
Disaat menjadi petugas kebersihan Tito sering kumpul-kumpul dengan teman-temannya di kedai kopi setelah lelah bekerja.
Suatu kali, Tito tidak sengaja bertemu dengan seorang pengusaha kaya di sebuah kedai kopi tempat biasanya ia berkumpul dengan petugas kebersihan lain.
"Suami saya bertemu bapak itu, ketika duduk di kedai Kopi. Si bapak berkeluh kesah tentang perusahaannya di hadapan pemilik kedai dan para petugas kebersihan. Dia bilang perusahaannya sedang susah dalam memanage keuangan, karyawan dan lainnya. Banyak sekali masalah yang tak bisa diselesaikan di kantornya. Suami saya ajak obrol dengan si bapak dan memberikan saran umum saja, yang mudah dicerna oleh semua orang. Seperti untuk memimpin itu harus tahu segala bentuk permasalahan karyawan, dekati karyawan secara profesional dan lainnya,"lanjut Ani.
Mendengar penjelasan Tito, sang pengusaha pun mencoba menerapkan saran tersebut. Ternyata, sarannya sangat berguna dan perusahaanya berangsur membaik.
Si pengusaha pun penasaran dan ingin bertemu dengan Tito kembali untuk meminta saran permasalahan lainnya. Kejadian itu terus berlanjut hingga beberapa bulan. Di penghujung pertemuan Kedai Kopi si bapak pengusaha bertanya "Kamu itu belajar dimana?. Kok bisa tahu mengatasi berbagai masalah perusahaan?. Beda dengan petugas lainnya.
Tito pun memberikan penjelasan. "Saya sebenarnya seorang sarjana pak dan sudah mempelajarinya di waktu kuliah dulu. Makanya saya menyarankan bapak seperti itu. Terbukti berhasil kan pak?. Tapi memang nasib saya yang belum beruntung, udah lamar sana kemari, tapi gak ada yang terima saya. "
"Iya betul, saran kamu banyak memberikan hasil yang bagus. Ini kartu nama saya, besok kamu datang ke kantor saya ya. Tapi pakai baju yang rapi dan bersih, ok," ungkap si bapak pengusaha.
"Untuk apa pak?,"jawab Tito
"Udah kamu datang aja, kamu butuh pekerjaan bukan?," Sambung Bapak Pengusaha.
Keesokan harinya, Tito datang ke kantor yang dituju dan bertemu si Bapak Pengusaha. Setelah sampai di kantor tersebut, Tito langsung diberikan tawaran bekerja sebagai Manejer HRD dan mempekenalkan pada para karyawannya.
Jangankan karyawan, Tito terperanjat dengan tawaran itu. Ia bersyukur, kesabaran dan doanya selama ini terwujud dengan perjuangan yang panjang. Sekarang Tito sudah jauh lebih tinggi jabatannya di perusahaan tersebut.
"Ternyata doa, kesabaran dan keikhlasan akan berbuah manis suatu saat ini. So, bagaimana dengan kita?. Apakah masih kufur nikmat atau syukur nikmat?. Jawab sendiri ya..hehehe...

Jadi Pengusaha Harus Bisa Tahan Tangis

Jadi pengusaha itu gak gampang.  Terkadang kita bisa nangis.

Waduh..

Itulah kata-kata yang keluar dari seorang teman saya, setelah memutuskan berhenti kerja dan memulai awal yang baru dengan membuka usaha travel.

Setelah beberapa tahun kemudian, saya kembali bertemu dengannya. Rasa penasaran untuk bertanya tentang keadaan dia sekarang terbesit di pikiran saya.

Saya: Enak ya bro, dah jadi pengusaha?
Teman: hehehe, sebenarnya ada enak ada egaknya bro. Kalau gak kuat, janganlah jadi pengusaha. .
Saya: eh...kok gitu?
Teman: iya, saya merasakan sendiri. Terkadang saya bisa nangis sendiri.

Saya: (semakin penasaran), kenapa bisa begitu?
Teman: iya bro, untuk jadi pengusaha itu harus memiliki rencana yang matang, strategi yang bagus dan banyak lagi. Jika tidak, modal kita bisa melayang. Dulu pada awal saya keluar kerja, saya mengimpikan untuk bisa senang seperti kata orang-orang. Jadi pengusaha itu bisa jalan kemana-mana, gak harus kerja dari pagi sampai sore. Ternyata berbeda dengan keadaan yang saya hadapi pada awal dulu. Saya harus jungkir balik, promo sana-sini. Ditambah lagi dicuekin sama orang, komplain dan lainnya. Pokoknya kompleks, ingin rasanya kembali jadi karyawan.

Saya: lalu, kenapa gak jadi karyawan lagi.

Teman: gak mau, karena saya udah nyemplung dari awal, ya saya harus bisa berenang.

Saya: gak takut bangkrut lagi bro.

Teman: karena udah biasa, ya gak. Saya akan terus belajar untuk masa depan saya dan keluarga.

Saya: sekarang udah sukses dong bro?
Teman: Alhamdulillah, walaupun perjalanan saya masih di tengah-tengah. Tapi saya akan terus berjuang hingga sampai puncak.

Perjuangan demi perjuangan  teman saya itu sudah mulai menampakan hasilnya.  Kini, ia tak hanya memiliki bisnis travel, tapi juga bisnis lainnya, seperti media, butik, hotel dan lainnya.

Intinya, ia menyebutkan "Kalau mau jadi pengusaha, berjuanglah sekuat tenaga, karena harus hadapi banyak tantangan. Kalau tidak, jadilah karyawan saja..